PENATEGAS – Momentum penuh haru dan semangat terjadi di Pelabuhan Penumpang Donggala pada Jumat sore, (14/11/25).
Presidium Dewan Kesenian Rakyat (DKR) Sulawesi Tengah, Agus Salim, secara resmi melepas 30 delegasi seniman lintas generasi dari Kota Palu dan sekitarnya untuk mengikuti Event Nasional Balikpapan bertajuk “2 Kota 1 Panggung”.
Acara pelepasan yang berlangsung sederhana namun sarat makna itu menjadi simbol kuat pergerakan seni Sulawesi Tengah, sekaligus penegasan bahwa para seniman Sulteng tetap berdiri tegak dan terus berkarya meski di tengah berbagai keterbatasan.
Rombongan delegasi bertolak menuju Balikpapan menggunakan KM Dharma Kencana, selepas jadwal keberangkatan yang sempat mengalami deviasi signifikan dari semestinya berangkat pukul 13.00 WITA, bergeser hingga pukul 20.00 WITA.
Perjalanan laut tersebut dijadwalkan tiba di Pelabuhan Semayang Balikpapan pada pukul 08.00 WITA keesokan harinya.
Keterlambatan jadwal, perjalanan panjang, minimnya fasilitas, hingga kondisi akomodasi yang jauh dari kata ideal tak menyurutkan tekad para peserta.
Para seniman ini tetap menunjukkan antusiasme dan keyakinan diri untuk mengharumkan nama daerah melalui karya terbaik mereka.
Di tengah kesibukan menyiapkan dokumen, tiket, hingga kebutuhan teknis lainnya, sosok Agus Salim tampil sebagai patron yang tak hanya memberi arahan, tetapi juga berdiri menjadi penopang moral bagi seluruh peserta.
Meski DKR tengah menghadapi keterbatasan finansial, Agus tak berhenti mengupayakan solusi agar para seniman tetap dapat berangkat dan tampil pada panggung nasional tersebut.
Dalam sambutannya, Agus menyampaikan pesan mendalam yang merangkum situasi, harapan, dan keyakinan kolektif mereka.
“Hari ini kita berkumpul untuk sebuah momen penting: melepas para duta budaya kita untuk berlaga di Event 2 Kota 1 Panggung. Ini bukan sekadar perjalanan biasa, tetapi misi mulia untuk menunjukkan betapa kayanya khazanah seni dan budaya Sulawesi Tengah,” ujarnya membuka pidato dengan lantang.
Ia menegaskan bahwa perjalanan kali ini penuh tantangan, terutama terkait keterbatasan anggaran DKR. Namun ia menekankan agar kondisi tersebut tidak menjadi penghalang, melainkan pemantik kreativitas.
“Kita berangkat dengan dana minim, tapi semangat kita tidak boleh ikut minim. Dalam keterbatasan, ketangguhan seniman diuji. Banyak karya besar lahir dari perjalanan yang penuh perjuangan,” lanjutnya.
Agus berpesan agar para delegasi menjaga nama baik daerah, menjunjung etika, dan menunjukkan profesionalisme. Ia juga meminta para seniman memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar, berjejaring, dan memperluas wawasan seni.
“Tunjukkan semangat juang. Berikan penampilan terbaik yang lahir dari ketulusan hati, penampilan yang mampu menginspirasi,” tutup Agus dengan nada penuh haru.
Dengan tekad yang tak surut, rombongan seniman Palu pun berangkat membawa nama besar daerah menuju panggung nasional. Semoga perjalanan ini menorehkan prestasi, pengalaman, dan cerita baru bagi dunia seni Sulawesi Tengah.







