SMALL ACTION, BIG CHANGE (Part Two)

Artikel285 views

SMALL ACTION, BIG CHANGE
(Tiga Puluh Menit Bersama Wakil Wali Kota Palu)

By, Muhd Nur SANGADJI

https://penategas.id SUDAH lama sekali saya tidak injak ruang wakil walikota. Terakhir, di era Walikota Rusdi Mastura dengan Wakil Walikotanya, Mulhananan Tombolotutu.

Masa itu, saya sangat rajin ke kantor walikota Palu, karena mendampingi secara informal pemerintah kota Palu. Lima tahun sebelum era itu, justru lebih sering lagi. Bahkan, saya punya satu ruang khusus di kantor walikota PALU ini.

Itu, karena saya saat itu berstatus sebagai Penasehat Management Perkotaan (Urban Management Advisory). Sebuah program dari Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) di bidang Pembangunan (UNDP). Programnya bernama CDS (city development strategy). Program itu berdurasi selama 1,5 tahun sejak 2002.

Waktu itu, 17 April 2025, saya temui Wakil Walikota Imelda Liliana Muhidin Said. Beliau adalah Anak dari seorang tokoh yang punya keeratan hubungan dengan ku semenjak mahasiswa.

Beliau, Muhidin M Said adalah tokoh pemuda di era 80-an. Berstatus sebagai ketua KNPI. Dan, pada saat inilah saya diutus Beliau ikut lomba pidato tingkat nasional sebagai wakil pemuda (KNPI), setelah menjuarai lomba itu di Sulawesi Tengah.

Alhamdulillah menjuarainya lagi di tingkat nasional pada level 2. Umur ku sekira 20-an tahun pada semester tiga Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Begitulah sejumlah cerita narsis sebagai pengantar.

Tiga puluh menit bersama Wawali itu terasa sangat singkat untuk bicara banyak soal tentang Palu. Tapi, sangat lama untuk mereka yang menunggu giliran jumpa pejabat publik sekelas beliau.

Kami bincang soal potensi kota Palu sebagai kota jasa. Lahannya pasti terbatas. Lantas, apa yang cocok untuk investasi..? Tentu berkaitan dengan sektor jasa secara luas.

Uraian spesifiknya butuh sedikit waktu. Namun sesungguhnya, sudah ada arahannya di dokumen RPJPD dan RPJMD. Kontrolnya bisa dilihat di dokumen KLHS, RTRW, RDTR dan lainnya.

Ada juga dokumen penting bernama SDGS yang umurnya tinggal 5 tahun hingga 2030. Butuh sedikit upaya segenap elemen birokrasi dan stakeholder untuk duduk bersama, mengurai dan menindak lanjuti.

Topik beralih kepada sumber daya manusia secara umum. Wawali menunjukkan perbandingan dengan bangsa Cina, berkaitan dengan perang tarifnya Donald Trump.

Sebagai orang yang berlatar belakang dunia usaha, Beliau sangat fasih mengurai pandangannya. Keunggulan SDM menjadi kata kunci. Kedisiplinan adalah bagian dari unsur SDM yang menentukan.

Sebagus apapun program, bila SDM aparatur pelaksanaannya tidak pas, akan sulit. Maka, langkah seperti job fit menjadi sangat penting untuk menemukan kualitas, karakter dan tugas dan fungsi yang diemban.

Karena itu, pembicaraan lalu bergeser kepada pendidikan. Wawali beri contoh anaknya yang sekolah SLTA di Jakarta. Sekolah itu didirikan oleh Arif Rahman. Pakar pendidikan Indonesia. Alumni sekolah ini paling banyak diserap masuk Universitas Indonesia.

Seketika Saya ingat sekolah menengahku di SMP ISLAM Ternate. Sekolah ini dikepalai seorang aktivis organisasi PII dan HMI, Adam Laher Sangadji. (bermarga sama dengan ku, tapi tidak bertalian keluarga).

Sebab aktivis itu, nuansa kepemimpinannya terasa sekali. Ini satu contoh ajaran beliau yang sederhana. Saat guru berhalangan hadir, salah satu murid selalu tampil ke depan memimpin diskusi.

Ketrampilan kepemimpinan yang terbentuk tersebut berefek pada para alumninya. Di era 70 hingga 80 itu, ketua OSIS di SMA NEGERI Ternate, selalu didominasi alumni SMP Islam.

Di kota palu, ada beberapa sekolah dengan kualitas yang bagus. Sebutlah Al-Azhar Mandiri sebagai contoh. Pendirinya adalah sahabat saya.

Seorang aktivis yang punya jam terbang berkelas Mondial (internasional), Abdul Basit. Siswanya banyak menggores prestasi. Saya pernah berkali diundang memberikan materi dan ceramah di sekolah ini.

Di kelas maupun di Masjid. Pembinaan mentalnya baik sekali. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan, di samping pengetahuan dan ketrampilan. Kesimpulannya, kepemimpinan dan manajemen sekolah sangat menentukan.

Disamping kesehatan, pendidikan adalah faktor yang paling esensial. Itulah, mengapa Nelson Mandela mengatakan ini ; “Education is the most powerful weapon to change the world“.

Maka pemerintah yang cerdas akan beri perhatian ke sini. Tapi lebih cerdas lagi, bila tidak menguras anggaran untuk beri beasiswa secara luas. Untuk efesiensi, cukup pusatkan keuangan untuk mendidik anak-anak kita kuasai bahasa asing.

Lantas, ajari mereka secara sungguh-sungguh, bagaimana caranya memburu beasiswa baik tingkat nasional maupun internasional. Saya cerita pada Wawali. Bersama para sahabat, kami telah membina anak-anak Palu di bidang bahasa Inggris dan Perancis semenjak 2010.

Semuanya secara gratis. Berharap, langkah kecil ini bermanfaat untuk generasi. Diskusinya berakhir. Saya pun pamit pulang. Small action, Hopefully, have a big impact. Insya Allah.

Baca Juga: http://Pemdes Tanah Mea Salurkan Bantuan Sound System untuk Mushola Komunitas Mualaf

News Feed