PENATEGAS — Pemerintah Kabupaten Donggala terus mengintensifkan upaya penurunan angka stunting di wilayahnya. Melalui Dinas Perikanan, pemerintah menyalurkan bantuan ikan pelagis berkualitas tinggi kepada 307 Kepala Keluarga (KK) berisiko stunting di Desa Powelua, Kecamatan Banawa Tengah, pada Kamis (16/07/25).
Bantuan yang diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Donggala, Ir. Ali Assagaf, S.Pi., M.H mewakili Bupati Donggala, Vera Elena Laruni, S.E di Aula Kantor Desa Powelua.
Kegiatan tersebut menjadi bukti nyata komitmen Pemkab Donggala dalam menanggulangi permasalahan gizi di masyarakat.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Donggala, Ir. Ali Assagaf, S.Pi., M.H., menjelaskan bahwa setiap KK menerima 3 kilogram ikan pelagis (Tuna Sirip Kuning) yang dikenal kaya omega-3.
“Asupan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, khususnya dalam pencegahan dan penanganan stunting,” ungkapnya.

Ali Assagaf menambahkan, berdasarkan data tahun 2024, angka stunting di Kabupaten Donggala masih berada di angka 17,4%. “Dengan program ini, kami optimis bisa menurunkannya hingga minimal 14% sesuai target nasional.
Bantuan ini tidak sekadar menjadi asupan gizi instan, tetapi diharapkan juga membangun kebiasaan konsumsi ikan secara rutin di masyarakat,” jelasnya.
Selain penyaluran bantuan, kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan manfaat konsumsi ikan bagi kesehatan keluarga.
Melalui Gerakan Bantuan Ikan untuk Keluarga Berisiko, Dinas Perikanan berharap kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi ikan meningkat, yang pada akhirnya berkontribusi signifikan terhadap penurunan angka stunting di Donggala.
Dalam mendukung program ini, Dinas Perikanan menggandeng Polres Donggala melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada awal 2024. Kerja sama lintas sektor ini mempertegas komitmen bersama dalam mendorong generasi Donggala yang sehat dan cerdas.
“Bhabinkamtibmas dari Polres akan terlibat langsung dalam sosialisasi, pendampingan, dan memastikan bantuan tepat sasaran. Penanganan stunting bukan hanya tugas pemerintah, tetapi memerlukan sinergi semua pihak,” kata Ali Assagaf.
Ali juga menjelaskan, kerja sama ini sejalan dengan program nasional ketahanan pangan yang bertumpu pada pemberdayaan sektor perikanan budidaya dan tangkap.
Perikanan budidaya didorong untuk meningkatkan produksi sekaligus membuka lapangan kerja dan mendukung ketersediaan gizi di masyarakat.
Sementara perikanan tangkap diharapkan tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumber daya laut.
“Sinergi dua sektor ini menjadi kunci bagi ketahanan pangan, kesejahteraan nelayan, dan penyediaan protein berkualitas bagi masyarakat, terutama dalam pencegahan stunting,” pungkasnya.
Lebih jauh, Ir. Ali Assagaf menekankan pentingnya pendekatan konvergensi dalam penanganan stunting. Menurutnya, konvergensi adalah strategi terintegrasi yang melibatkan berbagai sektor untuk memastikan intervensi gizi, sanitasi, kesehatan, dan pengasuhan dapat sampai kepada keluarga yang membutuhkan, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak.
“Dengan konvergensi ini, kita berharap program penanganan stunting berjalan lebih efektif, sistematis, dan berkelanjutan, sehingga target nasional dapat tercapai dan anak-anak Indonesia dapat tumbuh optimal,” tutupnya.