Dinsos Donggala Temui Lansia Terlantar

Nasional162 views

PENATEGAS – Dinas Sosial Kabupaten Donggala melalui Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia mengunjungi seorang lelaki Lanjut Usia (lansia) hidup seorang diri dalam rumah Hunian Tetap (Huntap) di Desa Tompe Kecamatan Sirenja.

Lansia yang hidup seorang diri itu adalah, Mato (76), lelaki tua yang menderita lumpuh kaki mendapat kunjungan setelah Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia mendapat informasi dari Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan(TKSK) Sirenja.

Saat ditemui di kediamannya, Mato dalam posisi baring dengan beralaskan tikar dengan dua bantal kepala yang kusam. Saat tim Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia melakukan wawancara, Mato dalam keadaan kondisi bugar walaupun nampak kurang pendengaran sehingga staf Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia kerap melakukan pertanyaan secara berulang.

Kepala Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia, Anwir, S.Pd mengatakan, kunjungan yang digelar pada Senin (05/08/24), adalah kunjungan kedinasan dalam rangka pendataan dan validasi warga yang perlu mendapatkan bantuan pemerintah.

“Seperti Pak Mato ini layak mendapatkan bantuan pemerintah, karena hidup seorang diri dan hanya menunggu balas kasih dari orang untuk bertahan hidup. Ini masuk dalam kategori lansia terlantar,” ucap Anwir.

Didampingi sejumlah staf, Anwir menjelaskan ada dua jenis lansia yaitu, lansia potensial dan non potensial.  Lansia potensial menurut Anwir, masih bisa mencari nafkah dengan cara berjualan, mencari tiram, menyulam, dan lain-lain. Sedangkan lansia non potensial mereka tidak bisa apa-apa lagi, selain membutuhkan uluran tangan dari orang lain karena mereka sudah tidak berdaya lagi.

Kepala Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia menyebutkan, meningkatnya jumlah lansia terlantar disebabkan oleh beberapa faktor utama diantaranya, pertama, perubahan struktur keluarga berperan signifikan.

Di masa lalu, keluarga besar tinggal bersama, memberikan dukungan emosional dan fisik pada lansia. Namun, dengan modernisasi dan urbanisasi, struktur keluarga berubah drastis.

Anak-anak sering merantau, meninggalkan orang tua tanpa dukungan yang memadai. Kondisi ini membuat lansia rentan terhadap kesepian dan kurangnya perawatan. Selain itu, kurangnya kesadaran finansial juga mempengaruhi kesejahteraan di masa tua.

Banyak individu belum memahami pentingnya perencanaan keuangan untuk masa pensiun mereka, menyebabkan mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Akibatnya, mereka sangat bergantung pada bantuan orang lain atau lembaga sosial.

Selain itu, keterbatasan dalam layanan sosial merupakan masalah kompleks. Program-program yang ada masih terbatas dalam akses dan jangkauan, terutama bagi lansia yang tinggal di daerah terpencil. Birokrasi yang rumit dan kurangnya koordinasi antar lembaga juga turut berkontribusi pada tidak optimalnya penyaluran bantuan kepada lansia yang membutuhkan, ucapnya.