PENATEGAS – Tiga orang anak penyandang disabilitas sangat perlu mendapat bantuan setelah menjalani hidup serba kekurangan sejak bencana gempa disertai gelombang air pasang yang menghantam Desa Tompe Kecamatan Sirenja, 28 September 2018 silam.
Ketiga anak tersebut adalah, Muhlis (21), Moh Alan (16) dan Nuraini (11) yang tinggal di gubuk tidak layak huni tanpa mengenyam pendidikan, bersama ayahnya yang berprofesi sebagai tukang kayu.
Anak dari pasangan suami, Amrin dan istri Lisnawati ini terungkap setelah, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Sirenja, Aswad melaporkan kepada Dinas Sosial Kabupaten Donggala, bahwa di Desa Tompe terdapat keluarga yang memiliki 3 orang anak penyandang disabilitas, tuna rungu dan tuna wicara.
Berdasarkan laporan tersebut, Bidang Rehabilitasi Sosial melalui Penyuluh Sosial, Anwir S.Pd langsung mendatangi keluarga Amrin yang berada di Jalan. Nelayan Tompe Desa Tompe Kecamatan Sirenja.
Di dalam gubuk, Amrin bersama 3 orang anak penyandang disabilitas dilakukan wawancara oleh penyuluh sosial. Dalam wawancara tersebut, Amrin mengungkapkan bahwa selama ini keluarganya belum pernah mendapat bantuan pemerintah.
“Anak saya ada lima orang, tiga orang orang ini tidak lancar bicara dan agak tuli kalau dipanggil,” kata Amrin sebari memeluk anak bungsunya, Nuraini.
Melihat kondisi keluarga Amrin, Penyuluh Sosial yang menangani Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Anak dan Lansia, Anwir sangat empati pasalnya, ketiga anak Amrin masuk dalam kategori penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara.
Anwir mengatakan, ketiga anak Amrin diduga mengalami gangguan pendengaran karena dalam berkomunikasi sering kali mengandalkan visual dan bahasa isyarat.
“Tuna rungu seringkali mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain yang tidak menguasai bahasa isyarat. Sedangkan tuna wicara adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam berbicara atau menggunakan bahasa secara lancar,” terang Anwir.
Ia menjelaskan, ada penyandang tuna wicara mungkin bisa mendengar dengan jelas, namun kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan benar atau merangkai kalimat dengan baik.
Mereka seringkali membutuhkan bantuan alat bantu komunikasi, seperti alat penerjemah atau aplikasi komunikasi khusus. Inilah yang dialami ketiga Anak Amrin, ucap Anwir.
“Kita upayakan untuk melakukan penanganan terhadap penyandang disabilitas seperti yang dialami keluarga Amrin agar mendapat bantuan pemerintah,” tegas Anwir, Senin (07/10/24).