Baik dan buruk, demikian penilaian terhadap berbagai hal yang mengitari kehidupan manusia dari yang umum, frontal dan kasar sampai pada yang halus sekalipun.
Atas nama kebutuhan, atau istilah kekinian seputar hubungan antar manusia yaitu kepentingan, pembagian tersebut juga menjelma layaknya demikian.
Begitu juga terhadap spiritualitas, identik dengan kejiwaan manusia yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hadapan Tuhan tidak melulu bersifat positif.
Jika saja jiwa (“an-nafs”) senantiasa “disucikan” maka akan sesuai fitrahnya, namun jika dikotori maka dapat juga sebaliknya.
Spiritualitas yang berkesesuaian dengan apa yang diperintahkan Allah juga termanifestasi dalam bentuk perbuatan. Jika telah menyimpang, maka yang ada adalah menuhankan selain Dia meski sama bersifat spiritual juga namun menyesatkan. Spiritualitas negatif yaitu yang tumbuh dari sikap mengikuti kekafiran terhadap Allah.
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)”.
Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang-pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami dengan istrinya)”.
Dan Mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat.
Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jalatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (al-Baqarah ayat 102).
Ternyata spiritualitas yang menjadi sumber penggerak atau semangat juga bisa bersifat negatif serta membawa mudharat bagi manusia.
Akibat yang ditimbulkan juga demikian. Meski sama-sama melalui izin Allah, keduanya iman dan kafir kepadaNya tentu berbeda.
Apa yang menggerakkan seseorang atau sekelompok orang tidak terlepas spiritualitas dari dalam. Kenyataannya terdapat orang atau kelompok orang yang mencelakakan orang atau kelompok lain.
Spiritualitas apa yang mendorong untuk membunuh anak-anak misalnya selain jenis negatif tersebut. Atau membunuh orang yang telah menuruti atau mentaati suatu perintah dalam bom di Gaza Selatan misalnya, dan lain sebagainya.
Spiritualitas, sebagaimana sifatnya negatif membawa ketakutan, ancaman, juga keburukan lain berlawanan dengan spiritualitas sebagai bentuk keimanan kepada Allah dapat mendatangkan kebaikan, nikmat, serta mendamaikan, Insya Allah!.
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera