Seniman Masuk Sekolah: Menumbuhkan Kreativitas dan Karakter Lewat Seni Teater di SMAN 1 Palu

Daerah191 views

PENATEGAS – Program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terus menggeliat di berbagai daerah, termasuk di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Program ini bertujuan melestarikan seni dan budaya Indonesia sekaligus menumbuhkan kreativitas, karakter, dan apresiasi siswa terhadap warisan budaya bangsa melalui keterlibatan langsung seniman profesional di sekolah.

Di Sulawesi Tengah, pelaksanaan GSMS mendapat dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan sebagai leading sector. Program ini mempertemukan seniman lokal dengan siswa sekolah menengah, menciptakan ruang interaksi kreatif yang edukatif dan menginspirasi.

Salah satu seniman yang terlibat aktif adalah Emhan’saja, penggiat teater kawakan di Kota Palu, bersama Faizal Rasyid, S.Sn., yang saat ini tengah membimbing siswa-siswi di SMAN 1 Palu.

Menurut Emhan’saja, tujuan utama GSMS bukan hanya sekadar mengenalkan seni, tetapi juga membangun karakter dan jiwa kebangsaan melalui aktivitas kreatif.

“Gerakan Seniman Masuk Sekolah ini bertujuan melestarikan seni dan budaya, menanamkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal maupun nasional, sekaligus membentuk karakter yang aktif, kreatif, apresiatif, dan inovatif,” jelasnya.

Ia menambahkan, program ini juga hadir untuk menjembatani kesenjangan pendidikan seni di sekolah-sekolah yang belum memiliki tenaga pengajar kesenian memadai. Dengan kehadiran seniman lokal, siswa dapat belajar langsung dari pelaku seni yang memahami nilai, teknik, dan filosofi di balik setiap karya.

“Kita ingin menciptakan ekosistem sekolah yang berbudaya, menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan memperkuat identitas budaya siswa,” lanjut Emhan’saja.

Sementara itu, Faizal Rasyid menjelaskan bahwa pelaksanaan GSMS dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, bukan pada jam pelajaran reguler.

Dalam program ini, seniman bekerja sama dengan guru seni budaya di sekolah untuk mengajarkan berbagai cabang seni—mulai dari seni pertunjukan seperti teater, tari, dan musik, hingga seni rupa, desain, kriya, media, dan sastra.

“Program ini biasanya berlangsung selama beberapa bulan, dengan target 19 kali pertemuan atau sekitar empat bulan pembelajaran. Di akhir program, karya para siswa akan ditampilkan dalam acara ‘Panen Karya’, sebuah puncak perayaan kreativitas yang menampilkan ragam pertunjukan seni hasil kolaborasi siswa dan seniman,” ujar Faizal.

Melalui GSMS, para siswa tidak hanya belajar seni sebagai bentuk ekspresi, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif.

Mereka dilatih untuk memahami nilai-nilai budaya, menghargai proses berkesenian, serta mengembangkan potensi diri melalui proses kreatif yang menyenangkan.

Lebih jauh, baik Emhan’saja maupun Faizal meyakini bahwa seni adalah sarana pendidikan karakter paling efektif. Kegiatan berkesenian menumbuhkan empati, disiplin, kepekaan sosial, dan keberanian berekspresi.

“Hal terpenting dari program ini adalah bagaimana kesenian menjadi wahana belajar bagi siswa untuk memahami kreativitas sebagai nilai hidup. Dari situ mereka belajar menjadi pribadi yang utuh, mandiri, dan mencintai budayanya,” tutup Emhan’saja.

Dengan semangat kolaboratif antara seniman, sekolah, dan pemerintah, Gerakan Seniman Masuk Sekolah bukan sekadar program pengajaran seni, melainkan gerakan kebudayaan yang menghidupkan kembali nilai-nilai lokal di tengah generasi muda melalui panggung teater, gerak tari, alunan musik, dan karya-karya kreatif yang lahir dari ruang kelas menuju panggung kehidupan.

 

Baca Juga: https://penategas.id/persipal-fc-gagal-amankan-kemenangan-perdana-laga-spektakuler-berakhir-imbang-di-stadion-gawalise/

News Feed