Puncak Acara “2 Kota 1 Panggung”: Kolaborasi Seni Balikpapan–Palu yang Membius Penonton

Hiburan321 views

PENATEGAS – Puncak acara Event Nasional 2 Kota 1 Panggung kembali membuktikan bahwa seni memiliki daya hidup yang tak mudah padam.

Sabtu malam, (15/11/25), panggung utama yang berdiri megah di Balikpapan menjadi saksi perpaduan dua kota yang menyatu dalam satu degup kreativitas.

Meski sempat terhenti karena hujan deras mengguyur lokasi, antusiasme penonton tidak luntur sedikitpun.

Sorak dukungan dan semangat para seniman membuat pementasan dilanjutkan, memantik suasana yang semakin dramatis dan mendebarkan.

Dari Kota Palu, tampil Sanggar Tari Polelea dengan balutan gerak yang memukau, membuka malam dengan energi yang membakar semangat.

Seniman Kota Palu, Emhan Saja mengguncang atmosfer lewat puisi yang menggelegar, berpadu harmonis dengan tiupan Lalove oleh Matla’ul Amar, mengisi ruang dengan getaran tradisi Kaili yang khas.

Selanjutnya, Faizal Rasyid hadir dengan monolog jenaka yang atraktif, membuat penonton larut dalam gelak dan decak kagum.

Satries menutup sesi Palu dengan pembacaan puisi yang menggugah kalbu, menambah kedalaman suasana. Namun sorotan utama malam itu adalah kolaborasi besar Balikpapan–Palu.

Sebuah pementasan teatrikal eksperimental yang menjadikan teater sebagai poros utama, sementara musik, tari, dan seni rupa menyatu sebagai elemen penopang.

Perpaduan itu menciptakan pengalaman visual dan emosional yang belum pernah disuguhkan sebelumnya.

Aksi dimulai dengan gerak Matla’ul Amar meniup Lalove sambil memutari sebuah gunungan sampah yang menjadi altar simbolik.

Tidak lama kemudian, suara Didgeridoo, alat musik tiup khas Aborigin menggelegar dari tangan Panca Bayumurti, memicu narasi lantang dari Udhin FM.

Suaranya menggema, menjadi panggilan bagi kemunculan dua perupa, Cadio dan Endeng, yang langsung melakukan aksi melukis sketsa manusia menggunakan media dus besar yang membungkus sosok asli. Penonton terhipnotis. Mereka tidak pernah tahu kejutan apa berikutnya.

Kemunculan Emhan’saja dan Chika dalam gerak teatrikal seperti mayat hidup menambah intensitas pertunjukan. Blocking lambat, tubuh bersimbah cat, serta aksi para seniman yang memainkan properti sampah menghadirkan gambaran teatrikal yang kuat, liar, dan penuh makna.

Susunan properti dan setting panggung menambah aura sakral yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Selama hampir satu jam, harmonisasi bunyi, gerak, narasi syair, dan tata rupa panggung menghadirkan sajian yang menembus batas rasa.

Saat adegan terakhir usai, penonton berdiri serempak memberikan standing ovation, menandai apresiasi yang luar biasa. Malam itu ditutup dengan tarian massal Modero yang melibatkan seniman dan penonton dari dua kota. Balikpapan dan Palu lebur dalam kegembiraan, persaudaraan, dan semangat berkesenian.

Event Nasional “2 Kota 1 Panggung” tidak hanya sukses digelar, tetapi juga menjadi simbol harmoni budaya Indonesia. Dari Balikpapan dan Palu, harapan besar untuk Indonesia yang terus bergerak kembali dipancarkan ke seluruh penjuru negeri.

 

Baca Juga: https://penategas.id/wawali-balikpapan-membuka-event-2-kota-1-panggung-pementasan-kolaboratif-yang-membius-pertunjukan-seni-berkelas-nasional/ 

 

News Feed