PENATEGAS – Banyak petani sawit pemula belum sepenuhnya memahami bahwa di dalam satu kebun sawit terdapat dua jenis pohon, yakni pohon betina dan pohon jantan. Perbedaan keduanya sangat penting diketahui, sebab berdampak langsung pada hasil panen.
Pohon betina menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang menjadi bahan baku utama minyak sawit. Sebaliknya, pohon jantan hanya menghasilkan bunga dan serbuk sari tanpa pernah berbuah.
Kondisi ini membuat pohon jantan tidak memiliki nilai ekonomis, bahkan dianggap merugikan jika jumlahnya terlalu banyak di lahan perkebunan.
“Pohon jantan tetap menyerap nutrisi tanah, air, dan cahaya matahari. Padahal unsur-unsur itu seharusnya bisa dimanfaatkan pohon betina untuk menghasilkan buah yang lebih banyak,” ujar Amir Tega, salah satu petani sawit di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala, saat memberikan himbauan kepada sesama petani, Sabtu 06/09/25).
Karena itu, ia mendorong para petani sawit untuk segera menebang atau memusnahkan pohon jantan sejak dini. Langkah ini diyakini akan membantu meningkatkan produktivitas lahan sekaligus menekan biaya perawatan tanaman yang tidak produktif.
Amir menuturkan, sejumlah pakar perkebunan telah menyampaikan bahwa waktu terbaik untuk melakukan seleksi adalah saat tanaman mulai berbunga, yakni pada usia 2,5 hingga 3 tahun. Dengan cara ini, petani bisa lebih cepat mengenali ciri pohon jantan dan mengurangi risiko kerugian akibat biaya pemeliharaan yang tidak mendatangkan hasil panen.
Jika dibiarkan tumbuh banyak, pohon jantan bisa menurunkan rata-rata hasil panen per hektar. Dalam jangka panjang, kondisi ini tentu akan mempengaruhi pendapatan petani.
Oleh sebab itu, Amir berharap, pemerintah daerah bersama kelompok tani sawit terus melakukan sosialisasi dan pendampingan, agar para petani memahami pentingnya pemeliharaan kebun yang benar.
Meski begitu, pemusnahan pohon jantan tidak berarti meniadakan seluruhnya. Sebagian kecil pohon jantan tetap perlu dipertahankan sebagai sumber serbuk sari alami untuk membantu proses penyerbukan. Jumlahnya cukup sedikit, karena kebutuhan serbuk sari sawit tidaklah besar.
Dengan pemahaman yang tepat, petani sawit dapat meningkatkan produksi TBS secara signifikan, memperbaiki pendapatan, sekaligus menjaga keberlanjutan perkebunan. Langkah sederhana seperti menyeleksi pohon jantan sejak dini akan menjadi kunci keberhasilan usaha tani sawit di masa mendatang.
Baca Juga: https://penategas.id/204-keluarga-berisiko-stunting-terima-bantuan-produk-olahan-ikan/






