Catatan Pemred: Janji Pejabat yang Abadi
PENATEGAS – Ngopi Pemred (Ngolah Pikiran Pemimpin Redaksi) kali ini, membahas janji pejabat. Sejak saya menjalani profesi sebagai wartawan 22 tahun silam. Saya sering dipertontonkan ulah para pejabat yang gemar berjanji. Waktu itu, saya berpikir bahwa para pejabat itu, sangat sibuk sehingga cenderung lupa dengan janjinya. Ini bukan soal janji kampanye. Tapi janji saat menjabat dengan PHP (Pemberi harapan Palsu) tingkat dewa.
Baru-baru ini, saya mengalaminya. Orang nomor satu di Kota Palu, tidak ragu membuat janji yang ternyata adalah PHP tingkat dewa.
Ada kegiatan Nasional yang kami buat, yakni pertemuan para wakil Rektor Se-Indonesia, yang diberi nama Fosma PTMA (Forum silaturahmi bidang Kemahasiswaan Perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah) yang dipusatkan di Kota Palu.
Kami menghadap Walikota di tengah kesibukannya. Saat itu, sang walikota mengiyakan semua permintaan kami. Tapi permintaan kami memang hanya dua yakni dipinjamkan Bus dan dijamu makanan sehat seperti ubi, jagung, dan pisang rebus pada saat kegiatan Car Free Day (CFD).
Kami panitia pun merasa senang dan melaporkan sambutan positif sang Walikota kepada Pimpinan Fosma di Yogyakarta. Namun belakangan saat acara dua hari lagi, tiba-tiba staf di bagian umum mengabari angggaran tidak ada, sehingga tidak bisa menjamu tamu dari seluruh Indonesia dengan “kudapan” sederhana.
Hanya bus yang dipinjamkan satu unit kepada panitia. Itupun surat kami kirim tidak sampai ke Dishub, padahal waktu itu pak walikota mengambil suratnya dan entah disimpan dimana setelah itu.
Yah.. begitulah pejabat. Kerap menebar janji. entah mengapa, hal itu selalu terjadi, siapapun pejabatnya. Walaupun orangnya bersifat fana, tetapi janjinya bersifat abadi.
Mungkin kedepan perguruan tinggi perlu juga membuka Fakultas PHP, biar calon pejabat bisa kuliah di sana untuk belajar PHP. Karena dipastikan janji pejabat atau PHP pejabat adalah hal yang abadi, siapapun pejabatnya.
Terima kasih pak walikota saat ini, telah memberikan PHP kepada kami. Mungkin hal itu tidak disengaja karena sang walikota sibuk blusukan, mungkin karena ada niat menjadi calon Gubernur melawan Petahana.
Saat staf di kantor walikota mengabari kami tidak ada anggaran karena efisiensi itu, saat bersamaan walikota turun ke Donggala bersama sejumlah OPD terkait, guna memberikan bantuan kepada Korban banjir di kabupaten Donggala. Semoga itu dengan niat ikhlas, bukan karena ada niat jadi Gubernur.






