PENATEGAS – Gemuruh semangat pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata kembali menggema di Desa Siweli, Kecamatan Balaesang. Jumat sore, 25 Juli 2025, Sekretaris Daerah Kabupaten Donggala, Dr. Ir. H. Rustam Efendi, S.Pd., SH., M.A.P, secara resmi membuka Festival Temu Lempeng 2025, yang digelar di kawasan eksotis Titik Nol Khatulistiwa atau Equator Line.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang kebudayaan semata, namun juga momentum penting dalam mendorong Siweli sebagai salah satu destinasi unggulan baru di Kabupaten Donggala.
Dalam sambutannya, Sekda Rustam Efendi menekankan bahwa kegiatan ini adalah rintisan penting untuk pengembangan destinasi wisata berbasis masyarakat.
“Festival Temu Lempeng berdampak langsung kepada masyarakat sekitar. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan warga Siweli, mencicipi kuliner khas yang autentik, serta merasakan kearifan lokal yang hidup di sini,” ucapnya.
Ia juga berharap, titik nol Khatulistiwa di Siweli ke depan bisa menjadi ikon wisata nasional seperti tugu Khatulistiwa di Pontianak.
“Jika dikemas dengan baik, potensi ini bisa menjadi aset pariwisata bernilai tinggi dan penggerak ekonomi masyarakat setempat,” ujarnya optimis.
Acara pembukaan dihadiri jajaran Forkopimda Kabupaten Donggala, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, para pimpinan OPD, tokoh budaya nasional, camat dan kepala desa se-Kecamatan Balaesang, serta Kepala Dinas Pariwisata Donggala, Muhammad, S.STP., M.Si.
Dalam laporannya, Muhammad mengungkapkan bahwa Festival Temu Lempeng 2025 berlangsung selama dua hari, dari 25 hingga 26 Juli. Agenda yang dihadirkan cukup variatif, mulai dari talk show, pameran UMKM, gerakan pangan murah, pelayanan kependudukan, hingga pertunjukan seni dan budaya lokal.
Tidak hanya itu, festival ini juga dirangkai dengan peresmian Koordinat Podium Khatulistiwa Siweli, ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Sekda bersama Ketua Indonesia Offroad Federation (IOF), Irjen Pol. (Purn). Drs. Sam Budigusdian, SH.
Penutup yang tak kalah menarik: pelepasan tukik (anak penyu) di Pantai Siweli sebagai simbol komitmen terhadap pelestarian alam.
Festival Temu Lempeng bukan hanya selebrasi budaya, namun juga langkah konkret menuju kemajuan ekonomi dan pelestarian identitas daerah. Siweli kini tidak lagi sekadar desa di garis khatulistiwa, tapi menjadi titik awal harapan baru pariwisata Donggala.