PENATEGAS – Suasana meriah dan penuh semangat mewarnai halaman kantor Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, saat digelar Festival Teater Edukatif Tingkat SD dan SMP se-Kota Palu, Kamis (23/10/25).
Kegiatan ini merupakan rangkaian Gebyar Bulan Bahasa dan Sastra 2025, yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97, terutama menegaskan isi butir ketiga Sumpah Pemuda: menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Festival tahunan ini diikuti oleh 20 kelompok teater, masing-masing 10 kelompok dari jenjang SD dan 10 dari jenjang SMP.
Setiap kelompok terdiri dari empat siswa yang menampilkan karya teatrikal bertema edukatif.
Selama acara berlangsung, penonton dibuat terpukau oleh beragam kisah yang dibawakan dengan kreatifitas tinggi dan penuh pesan moral.
Sorak sorai dan tepuk tangan meriah kerap menggema setiap kali peserta tampil memukau di panggung.
Tak hanya penonton, bahkan dewan juri pun tampak antusias memberikan apresiasi atas totalitas para peserta dalam berakting dan menyampaikan pesan pendidikan melalui seni peran.
Dari seluruh penampilan, kelompok Teater SMP Al-Azhar Palu sukses mencuri perhatian juri dan penonton lewat pementasan bertema “Menanam Budi Menuai Karakter.”
Penampilan mereka dinilai paling kuat dalam penyampaian nilai-nilai moral dan kearifan lokal, hingga akhirnya meraih poin tertinggi dan keluar sebagai juara pertama tingkat SMP.
Rian, S.H., M.H., guru pendamping SMP Al-Azhar Palu, mengungkapkan bahwa pihaknya hanya memiliki waktu kurang dari sebulan untuk mempersiapkan diri.
“Kami menerima undangan dengan tema besar ‘edukasi’. Dari situ kami mencoba membuat garapan yang berakar pada lokalitas, tetapi tetap membawa pesan pembelajaran karakter. Kami angkat kisah tradisi suku Kaili dalam memperlakukan tanaman padi sebagai simbol menanam kebaikan dan memanen karakter,” jelas Rian.
Sementara di tingkat SD, SD Al-Azhar Palu juga tampil gemilang dan berhasil menyabet Juara 1 lewat pertunjukan berjudul “Stop Bullying.”
Drama ini mengangkat isu sosial yang dekat dengan kehidupan anak-anak sekolah, yakni perundungan (bullying).“Tema ini muncul dari keresahan anak-anak sendiri.
Mereka menulis naskah berdasarkan pengalaman dan inspirasi dari video edukatif di YouTube. Kami mulai latihan sejak awal Oktober dan hasilnya sangat membanggakan,” ujar Rolis, guru pendamping SD Al-Azhar Palu.
Kemeriahan acara semakin terasa saat pengumuman pemenang. Suasana penuh haru dan bahagia mewarnai wajah para peserta.
Ada yang menitikkan air mata bahagia, ada pula yang berteriak girang sambil berpelukan.
Rolis berharap, kegiatan seperti ini tidak berhenti di tahun 2025 saja. “Harapan kami, Festival Teater Edukatif menjadi agenda rutin Balai Bahasa Sulteng, karena kegiatan ini bukan hanya ajang lomba, tetapi juga wadah pembelajaran karakter melalui seni,” pungkasnya.
Festival Teater Edukatif 2025 pun ditutup dengan pesan kuat: bahwa seni bukan sekadar hiburan, tetapi sarana edukasi untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan karakter pada generasi muda.
