“Dua Kota Satu Panggung”, Seniman Palu Siap ‘Bergerak’, Bukan Sekadar Tampil, di Event Nasional Balikpapan

Nasional197 views

PENATEGAS – Denyut denyut denyut. Begitu mungkin gambaran atmosfer jelang gelaran akbar “Dua Kota Satu Panggung” yang akan dilaksanakan pada 15 November 2025 mendatang di Borneo Bay Park Balikpapan Plaza.

Event bertajuk nasional ini bukan sekadar ajang tampil ala festival biasa. Ia disiapkan sebagai ruang eksplorasi, pertemuan pencipta-cipta, dan pergerakan gagasan seni lintas kota, lintas disiplin, lintas generasi, lintas komunitas, dan lintas kultur antara Palu dan Balikpapan.

Sulawesi Tengah tak ingin datang sebagai tamu pasif. Sekitar 30 seniman, penari, pemusik, performer teater, sampai crew pendukung dari Palu akan bertolak ke Kalimantan Timur menggunakan moda transportasi laut pada Sabtu, 14 November.

Perjalanan ini bukan cuma perjalanan fisik, ia adalah perjalanan gagasan. Palu ingin memperlihatkan bahwa tradisi lokal, kultur urban, eksperimen visual dan performans kontemporer punya daya dobrak yang bisa berdiri di panggung nasional, sejajar dengan kota besar lain.

Pemantapan aksi final check event dilaksanakan Minggu malam, 9 November, di kafe radio Nebula yang sudah menjadi semacam “home base” para seniman Sulawesi Tengah.

Suasananya hangat, padat, dan penuh catatan teknis. Di forum internal itulah Uddhin FM,  Ketua Tim Kesenian Sulteng sekaligus penggagas event, menegaskan bahwa rapat pamungkas tersebut adalah titik referensi utama 24 jam sebelum panggung dinyalakan.

“Final check ini agar kita masuk ke panggung bukan dengan asumsi, tetapi dengan kesepakatan teknis yang rapi. Segala kekurangan sudah dibicarakan di sini, dari teknis pemberangkatan sampai stage blocking saat show,” ujar Uddhin.

Tema acara “Dua Kota Satu Panggung” diperkuat tagline yang kuat: “Bukan Tampil. Tapi Bergerak.” Ini bukan klaim kosong. Ini manifesto.

Daftar komunitas pendukung memperlihatkan betapa luas jejaring yang turut menopang kolaborasi: Seni Bergerak, Lipan Nusantara, Dewan Kesenian Rakyat Palu, Bantaya Sulteng, Mural Balikpapan, Artku Lima, Cadio Studio, Toru Rupa, Komunitas Sketcher Balikpapan, Natural Art, Pleasit Povia, SMIT Music, Yayasan Tadulakota, Bulava Nusantara, Koalisi Seniman Sulteng, Mirip Penyair, hingga Balikpapan Kids Voice dan sanggar tari muda lokal Balikpapan. Sektor pendukung pun ikut menopang mulai dari angkringan, rumah makan, konten kreator hingga brand kreatif.

Ajang ini bukan sekadar panggung “hiburan”. Ia adalah panggung edukasi emosi, dialog budaya, dan penyatuan narasi dua kota. Seni lukis, seni rupa, teater, puisi, musik hingga tari akan ber-elaborasi memunculkan pengalaman visual, emosional, estetis yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menanamkan perspektif baru tentang seni yang bergerak: keluar dari studio, masuk ke ruang publik, dan menumbuhkan jejaring peradaban yang hidup.

 

Baca Juga: https://penategas.id/menakar-pembentukan-komisi-percepatan-reformasi-polri/