Bencana Hidrometeorologi Meningkat: Sejumlah Wilayah Diterjang Banjir dan Longsor, BNPB Keluarkan Imbauan Siaga Ekstrem

Nasional193 views

PENATEGAS – Indonesia kembali berhadapan dengan kenyataan pahit bencana hidrometeorologi yang datang bertubi-tubi. Dalam periode satu hari, Selasa (25/11/25) hingga Rabu (26/11/25) pukul 07.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat serangkaian kejadian banjir dan tanah longsor yang menyapu sejumlah wilayah di Sumatera.

Intensitas hujan yang tak wajar, dipicu oleh tumbuhnya Bibit Siklon 95B di Selat Malaka serta aktifnya Siklon Tropis Koto di perairan Laut Sulu, seolah menjadi alarm keras bahwa cuaca ekstrem kini makin sulit diprediksi.

Di Kota Langsa, Aceh, suasana Selasa pagi yang awalnya normal mendadak berubah ketika air mulai masuk ke pemukiman warga di Gampong Paya Bujok Seulemak.

Sekira pukul 10.20 WIB, ketinggian air perlahan meningkat mencapai 20 hingga 40 sentimeter. Sebanyak 420 jiwa dari 150 kepala keluarga terdampak. Warga yang tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga hanya bisa menonton air merangsek masuk ke dalam rumah.

Tim BPBD yang tiba di lokasi menemukan beberapa titik genangan baru yang muncul dari limpahan parit dan aliran air yang tersumbat. Pendataan terus dilakukan, sementara warga diminta bersiaga terhadap kemungkinan hujan susulan yang dapat memperparah kondisi.

Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, banjir yang terjadi pada Selasa sore menciptakan kepanikan tersendiri. Air deras yang turun dari perbukitan menggenangi Nagari Kampung Tengah dan Nagari Bawan. Sebanyak 42 kepala keluarga atau 143 jiwa terjerat banjir, dengan 21 rumah ikut terendam.

Beberapa warga mengaku banjir kali ini datang lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Padahal hujan baru beberapa jam, tapi air langsung naik drastis,” ujar salah seorang warga yang ditemui petugas BPBD. Informasi di lapangan mengindikasikan adanya penyempitan aliran sungai dan sedimentasi yang memperparah debit air saat hujan lebat turun.

Dampak lebih berat terjadi di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kombinasi banjir dan tanah longsor membuat 50 rumah di Desa Simangumban Julu dan Desa Siopat Bahal terdampak. Tak hanya itu, dua jembatan penghubung antar-desa mengalami kerusakan serius dan tidak dapat dilalui. Beberapa warga terpaksa berjalan kaki melintasi jalur alternatif yang licin dan berbahaya untuk mencari kebutuhan sehari-hari.

Dari pantauan tim asesmen BPBD di lapangan, longsor terjadi akibat struktur tanah yang jenuh air. Hujan deras berkepanjangan melemahkan dinding-dinding tanah di perbukitan, membuat material batu dan lumpur longsor dan mengalir deras ke permukiman.

Di Padang Sidempuan, banjir yang terjadi pada Selasa pagi membawa tragedi. Sekitar 220 jiwa dan 17 rumah terdampak, namun yang paling mengkhawatirkan ialah laporan bahwa satu warga terseret arus sungai di Kelurahan Hamopan Sibatu.

Hingga berita ini tayangkan, BPBD bersama Basarnas, TNI, dan Polri masih melakukan pencarian dengan menyisir aliran sungai, memanfaatkan perahu karet, dan drone pengintai.

Arus deras diduga akibat meluapnya sungai setelah hujan deras sejak dini hari. Sejumlah warga menyampaikan bahwa air naik tidak wajar hanya dalam waktu singkat, memperkuat dugaan bahwa kondisi hulu sungai sedang mengalami tekanan debit tinggi.

Tapanuli Tengah menjadi wilayah dengan dampak terbesar. Sebanyak 1.902 kepala keluarga terdampak banjir yang melanda sembilan kecamatan, termasuk Pandan, Sarudik, Tukka, Kolang, hingga Barus.

Ribuan rumah terendam dengan ketinggian air bervariasi, sementara sejumlah titik longsor menutup akses jalan sehingga menyulitkan distribusi bantuan.

Tim gabungan yang dikerahkan di lapangan mengutamakan pembersihan material longsor dan penyaluran paket logistik darurat. Dari pengamatan di lokasi, tanah longsor terjadi di tebing-tebing yang sebelumnya sudah mengalami retakan akibat curah hujan tinggi beberapa hari terakhir, sebuah tanda bahaya yang sebenarnya sudah terlihat namun sulit dipantau tanpa alat khusus.

BNPB memperingatkan bahwa rentetan bencana ini kemungkinan masih berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Bibit Siklon 95B berpotensi meningkatkan hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

Sementara Siklon Tropis KOTO memicu cuaca ekstrem di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, serta memunculkan gelombang laut tinggi antara 1,25 hingga 2,5 meter di sejumlah perairan timur Indonesia.

BMKG juga merilis prakiraan resmi bahwa potensi cuaca ekstrem masih tinggi dalam 24 jam ke depan, mulai 25 November 2025 pukul 19.00 WIB hingga 26 November 2025 pukul 19.00 WIB.

BNPB menegaskan perlunya peningkatan kewaspadaan, terutama bagi daerah yang berada di lereng bukit, bantaran sungai, maupun kawasan padat penduduk.

Sistem peringatan dini, normalisasi sungai, dan pemantauan titik rawan longsor menjadi agenda krusial yang perlu diprioritaskan pemerintah daerah dalam waktu dekat.

Sementara itu, bagi masyarakat, himbauan untuk tidak berada di dekat sungai, tebing rawan longsor, dan area dengan potensi genangan kini menjadi keharusan. Cuaca ekstrem bukan lagi sekadar fenomena musiman, melainkan ancaman nyata yang bisa datang sewaktu-waktu.

Baca Juga : https://penategas.id/bpkp-dan-pemprov-sulteng-teken-mou-strategis-perkuat-tata-kelola-keuangan-dan-layanan-publik/

 

News Feed