Warga Pesisir Towale Bertahan dengan Tanggul Kayu: “Angin Utara Setiap Tahun Menghantui Kami”

Daerah215 views

PENATEGAS Pemandangan memilukan kembali tersaji di pesisir Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala.

Musim Angin Utara yang sedang berlangsung kembali menebar keresahan mendalam bagi warga pesisir yang sebagian besar tinggal hanya beberapa meter dari bibir pantai.

Tidak kurang dari 21 Kepala Keluarga (KK) kembali harus berjibaku memasang tanggul darurat dan seadanya dari kayu, demi sekadar menahan ombak besar yang menghamtam pondasi rumah mereka.

Tanggul itu tidak dibangun oleh alat berat, tidak pula menggunakan material yang layak. Semuanya dilakukan penuh keterpaksaan, dengan cara manual, sedikit demi sedikit, bahu-membahu antara warga, seakan hanya itu satu-satunya pertahanan yang masih tersisa.

Warga Pesisir Towale Bertahan dengan Tanggul Kayu: “Angin Utara Setiap Tahun Menghantui Kami”
Kondisi rumah warga Towale yang mulai hancur akibat kikisan gelombang air laut. (Ist)

Di tengah suara desingan angin dan hantaman gelombang, kayu-kayu itu menjadi harapan terakhir.

Pendamping Permasalahan Sosial Kecamatan Banawa Tengah, Hasan Ramli, mengungkapkan bahwa kondisi ini bukanlah baru terjadi tahun ini saja.

Setiap kali Angin Utara bertiup, masyarakat pesisir Towale selalu berada dalam ketakutan. Bahkan, tidak jarang air laut sudah masuk ke rumah-rumah warga.

“Hantaman angin kencang dan ombak kerap terjadi apabila musim angin utara bertiup. Puluhan masyarakat yang berdomisili sepanjang pesisir pantai Towale sudah sangat resah.

Air laut itu bukan hanya menghantam dinding rumah, tetapi benar-benar telah masuk ke dalam rumah warga,” ungkap Hasan Ramli melalui sambungan WhatsApp yang diterima redaksi Penategas.id, Jumat (07/11/25).

Suara Hasan terasa bergetar, seolah menahan rasa iba terhadap masyarakat yang setiap tahun menghadapi ketakutan yang sama.

“Sepanjang bibir pantai masyarakat sangat ketakutan. Dan sampai hari ini, ombak besar itu akan datang lagi. Kami hanya bisa menunggu dan berharap bantuan pemerintah,” tambahnya.

Hasan menegaskan, harapan terbesar saat ini adalah hadirnya bantuan pemerintah secara nyata dan berkesinambungan.

Bukan sekadar turun memantau, namun betul-betul memberikan intervensi fisik: seperti penguatan tanggul permanen, pembangunan penahan abrasi, hingga antisipasi evakuasi darurat.

Masyarakat pesisir Towale, katanya, telah bertahun-tahun hidup dalam kecemasan yang sama. Musim datang dan pergi, tetapi ketakutan mereka tidak pernah pergi.

Di tengah ancaman gelombang yang terus membesar, warga pesisir Towale kini hanya bisa mempercayai kayu-kayu yang ditancapkan dengan tenaga seadanya, sebagai batas tipis antara rumah, anak-anak mereka, dan lautan yang menggila.

 

Baca Juga: https://penategas.id/ditjen-bangda-kemendagri-serap-aspirasi-dan-perkuat-sinergi-penanganan-stunting-di-kecamatan-palu-barat/

News Feed