PENATEGAS = Suasana damai dan penuh keakraban mewarnai aksi ratusan Abnaul Khairaat yang tergabung dalam Aliansi Abna Peduli Guru Tua di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Polda Sulteng), Jumat (31/10/25).
Aksi bertajuk “Guru Tua Memanggil” ini menjadi bentuk kepedulian terhadap penanganan kasus ujaran kebencian yang menimpa pendiri Alkhairaat, Al-Habib Idrus bin Salim Aljufri, atau yang akrab disapa Guru Tua.
Sekitar pukul 15.00 WITA, massa aksi datang menggunakan mobil bak terbuka dengan pengeras suara, mobil jeep, serta ratusan sepeda motor. Tak kurang dari 200 peserta turut bergabung.
Setibanya di halaman Polda Sulteng, mereka memberi salam kepada aparat kepolisian yang telah menunggu. Aksi dimulai dengan orasi singkat yang menuntut kejelasan penanganan kasus ujaran kebencian oleh seseorang bernama Fuad Plered.
“Kami datang menagih janji dan kejelasan hukum. Sudah tujuh bulan sejak laporan kami masuk, tapi pelaku masih bebas. Kami menuntut penetapan tersangka dan percepatan penuntasan kasus ini,” ujar Wawan, salah satu orator sekaligus kuasa hukum pelapor.
Aksi berlangsung tertib dan tanpa gesekan. Usai orasi, massa melakukan salat Asar berjamaah di Masjid Polda.
Setelah itu, beberapa perwakilan diterima langsung oleh Wakapolda Sulteng, Brigjen Pol. Helmi Kwarta Kusuma Putra Rauf, di ruang kerjanya.
Sementara massa lainnya menikmati santap siang yang disediakan oleh pihak kepolisian.
Dalam pertemuan tersebut, Brigjen Pol. Helmi menyambut rombongan dengan hangat dan penuh kekeluargaan. Ia menegaskan bahwa Polri bekerja profesional dan tetap menjunjung tinggi asas keadilan.
“Proses hukum tetap berjalan sesuai prosedur. Penyidik bekerja mengikuti aturan yang berlaku dan memastikan pembuktian berjalan transparan,” tegas Helmi.
Brigjen Helmi juga menjelaskan bahwa kasus ujaran kebencian yang dilaporkan masih dalam tahap penyempurnaan berkas.
Ia menambahkan, pihaknya tengah menelaah kembali laporan dan proses pencabutan yang sempat dilakukan agar keputusan hukum yang diambil nantinya kuat secara yuridis.
“Allahu Akbar!” teriak massa dengan penuh rasa syukur usai mendengarkan penjelasan Wakapolda.
Suasana pun mencair. Kedua pihak tampak duduk bersama tanpa sekat — aparat dan masyarakat bersatu dalam semangat kekeluargaan.
Usai pertemuan, Brigjen Pol. Helmi mengatakan kepada awak media bahwa kegiatan ini sejatinya merupakan ajang silaturahmi.
“Ini sebenarnya reuni keluarga besar Alkhairaat. Saya pun bagian dari mereka, jadi saya harus menyambut mereka dengan baik,” ujarnya dengan senyum.
Sementara itu, Habib Muhammad Ali Al Habsyi, salah satu tokoh Alkhairaat yang hadir, menyampaikan rasa syukur atas kesempatan berdialog langsung dengan pihak Polda.
“Kami merasa tercerahkan dan dikuatkan setelah mendengar langsung penjelasan dari penyidik dan Wakapolda,” ujarnya.
Aksi damai ini juga mendapat dukungan luas dari berbagai organisasi dan majelis, di antaranya PMII Komisariat Universitas Alkhairaat, SEMMI, FPI, LS-ADI, Majelis Ziarah, Majelis Akbar Ar-Raudhah, serta Majelis Ratib Al-Haddad.
Pertemuan diakhiri dengan foto bersama antara massa aksi dan jajaran Polda Sulteng di halaman markas.
Mereka berjabat tangan dan saling mendoakan sebelum membubarkan diri dengan tertib.
Sikap humanis aparat kepolisian dalam mengawal aksi ini menjadi catatan positif bagi hubungan Polri dan masyarakat.
Keduanya bersinergi menjaga kedamaian dan keadilan demi kehormatan Guru Tua — sosok yang selama ini menjadi panutan umat dan simbol persaudaraan di Sulawesi Tengah.